apakah orang kristen boleh merayakan valentine

Setelahorang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta ‘supercalis’ kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai ‘hari kasih sayang’ juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu ‘kasih sayang’ itu mulai bersemi ‘bagai burung jantan dan betina Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: > sejumlah pemikir lain-adalah "nilai generis" yang bisa ada di Kristen, Hindu, Buddha, > Konghucu, Yahudi, Taoisme, agama dan kepercayaan lokal, dan sebagainya. Di luar itu, saya kadang berpikir apakah orang beragama itu memang harus full time. Tidak bolehkah beragama secara part time. Nahmemang ada perbedaan pandangan di antara orang Kristen sendiri pada budaya yang ada di sekitarnya. Baca juga : 9 AYAT ALKITAB YANG BISA MENGAJARKAN ANAK TENTANG KASIH UNTUK MERAYAKAN VALENTINE. Ada yang bilang boleh lah pegang hio, yang penting masih percaya kepada Tuhan Yesus. AgamaKatolik dan Protestan berpisah karena perbedaan2 mereka yang sudah nggak bisa disatukan lagi. Berikut ini perbedaan antara kedua agama tersebut. 1. Katolik mengakui Paus, Protestan tidak. Ini adalah perbedaan paling utama antara Kristen Protestan dan Katolik. Paus adalah pemimpin tertinggi umat Katolik. Paus bertahta di Vatikan, Roma. Ahmad. Sungguh ikut merayakan hari valentine adalah tindakan tercela, dan haram bagi kaum muslimin untuk merayakan, Valentine sendiri akar kemunculannya dari orang kafir, barat, apalagi kemunculannya berasal dari budaya lokal, maka sudah sepatutnya kaum muslimin meninggalkan hal tersebut. Menentukan Sikap 누누티비 다운로드. Pada bulan Februari tepatnya tanggal 14, kita akan merayakan hari Valentine. Tentu kamu sudah gak asing lagi dengan hari kasih sayang ini. Terutama bagi kamu yang suka merayakan dengan memberikan cokelat kepada sebenarnya seperti apa sih hari Valentine? Lalu apa itu Valentine menurut Kristen dan apakah boleh ikut merayakan? Yuk, simak penjelasan Sejarah hari raya ValentineIlustrasi Valentine Pada tahun 496, gereja pertama kali merayakan Valentine untuk penghormatan Santa Valentine yang dilakukan oleh Paus Gelasius I. Menurut Telegraph sejarah Valentine punya banyak satunya, kisah Santa Valentine yang diyakini seorang martir dan meninggal lalu dikuburkan di pemakaman orang Roma di Via Flaminia pada tanggal 14 Februari. Kemudian cerita yang gak kalah populer lainnya menyebut, Valentine adalah seorang pendeta tersebut ditahan karena melayani pasangan Kristen yang menikah pada abad ketiga Masehi. Padahal pada masa itu, hal tersebut dilarang oleh Kaisar Claudius II, karena pria harus fokus pada militer atau perang, bukan keluarga. Lantaran hal tersebut, Valentine pun dipenjara dan dihukum kisah lainnya seperti yang ditulis BBC, perayaan Valentine pertama kali dilakukan pada tahun 496. Perayaan itu merujuk pada sebuah festival di Roma bernama Lupercalia, untuk menyambut musim semi yang diadakan pertengahan festival tersebut, ada sebuah kotak undian di mana pria akan mengambil’ perempuan berdasarkan undian tersebut lalu mereka akan berkencan dan saling mengasihi selama festival berlangsung. Beberapa dari mereka juga ada yang hubungannya sampai gereja mengubah festival ini menjadi perayaan Kristen, sekaligus mengenang Santa Valentine. Kemudian seiring berjalannya waktu, nama Santa Valentine mulai dipakai untuk mengekspresikan kasih sayang kepada orang-orang yang mereka Mengapa diperingati setiap tanggal 14 Februari?Ilustrasi pasangan Emerson Tanggal 14 Februari menjadi Hari Valentine untuk menggantikan perayaan Lupercalia yang pada zaman itu dianggap perayaan yang kejam. Lalu surat-surat tentang Valentine mulai muncul tahun 1500-an, dan dicetak secara komersial pada akhir kartu Valentine di dalamnya terdapat gambar Cupid yang merupakan dewa cinta Romawi. Lalu ada pula gambar hati yang menggambarkan pusat emosi. Lalu karena musim kawin burung dianggap dimulai pada pertengahan Februari, terdapat gambar burung untuk simbol Hari Valentine sangat populer di dunia dan banyak negara yang merayakannya. Bahkan di Filipina, pada saat Valentine sering diadakan pernikahan massal yang bisa diikuti oleh ratusan pasangan. Lalu beberapa negara juga menjadikan hari Valentine sebagai hari libur dan banyak anak sekolah saling bertukar kasih sayang. Baca Juga 30 Caption Valentine Bahasa Inggris, Bikin Senyum-Senyum Sendiri 3. Apa itu Valentine menurut Kristen?ilustrasi pasangan LopesSebenarnya Valentine bukanlah hari keagamaan atau hari khusus bagi umat Kristen. Dalam Kristen, Valentine bisa dimaknai tentang kasih sayang Allah kepada umat manusia. Jadi agama Kristen tidak melarang perayaan atau hari hari Valentine bisa dirayakan dengan doa bersama untuk mengungkapkan kasih sayang kepada keluarga, teman atau kerabat sekaligus berterima kasih kepada Allah atas kasih-Nya. Selain itu, kamu juga bisa menjalin kasih sayang dengan sesama manusia dan alam agama Kristen, hari kasih sayang juga bisa untuk membalas kasih-Nya dengan menerapkan hukum kasih yang ada dalam Alkitab. Sebab mengasihi sesama merupakan ucapan syukur karena keselamatan yang telah Allah 1 Yohanes 711 juga berbunyi, “Marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.”Itulah tadi penjelasan mengenai hari Valentine menurut pandangan Kristen. Ternyata tidak ada larangan bagi kamu yang ingin merayakan dan hari Valentine bisa untuk melakukan kebaikan bukan sebaliknya. Jadi teruslah tebarkan kasih kepada sesama ya. Baca Juga 30 Quotes Valentine Bahasa Indonesia, Romantis dan Bikin Melting! Posted on 21/02/2021 In QnA Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko Leave a comment Bulan Februari sangat identik dengan bulan kasih sayang. Banyak orang merayakan Hari Valentine setiap tanggal 14 Februari. Banyak pasangan yang sudah menikah maupun yang masih pacaran tidak mau melewatkan kesempatan ini. Ternyata tidak semua orang merayakan Hari Valentine. Beberapa orang Kristen dan kelompok religius lain tidak merayakannya. Alasan yang diberikan bermacam-macam. Ada yang memang tidak terbiasa mengungkapkan kasih sayang dalam cara yang khusus dan romantis. Ada yang menganggap perayaan ini bertabrakan dengan nilai-nilai keagamaan. Sehubungan dengan alasan terakhir ini, para penentang Hari Valentine umumnya memberikan beberapa keberatan 1 asal-usul perayaan ini yang dianggap tidak Kristiani; 2 perayaan ini telah dikomersialisasi sedemikian rupa demi kepentingan ekonomis; 3 perayaan ini seringkali melibatkan tindakan-tindakan yang tidak pantas, misalnya seks bebas; 4 ungkapan kasih sayang seharusnya dilakukan setiap hari, bukan hanya setahun sekali. Empat alasan ini dipandang sudah lebih dari cukup untuk mengharamkan perayaan Hari Valentine. Bagaimana kita sebagai orang-orang Kristen seharusnya menyikapi polemis seputar Hari Valentine? Haruskah kita merayakannya? Penolakan terhadap perayaan Valentine didorong oleh motivasi yang baik. Mereka yang menentang menginginginkan kehidupan Kristiani yang murni, yang tidak terpengaruh oleh dunia. Alkitab sendiri berkali-kali memberikan peringatan agar kita tidak menjadi seperti dunia Rm. 122. Kita harus menjaga diri dari kecemaran dunia Yak. 127b. Persahabatan dengan dunia bahkan dipandang sebagai permusuhan terhadap Allah Yak. 44. Motivasi yang baik di atas tidak selalu membenarkan apa yang diperjuangkan. Tujuan tidak membenarkan cara the end doesn’t justify the means. Alkitab tidak menentang segala sesuatu yang ada di dalam dunia. Masih ada hal-hal yang baik dari dunia, karena Allah masih menyediakan wahyu umum pengenalan tentang Dia melalui ciptaan dan hukum moral dalam hati manusia dan anugerah umum segala kebaikan dan kebajikan. Alkitab hanya menentang segala sesuatu yang duniawi. Ketika Alkitab memerintahkan kita untuk membenci “segala sesuatu yang ada di dunia,” hal itu tidak berarti membenci setiap hal tentang dunia. Rasul Yohanes berkata “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” 1Yoh. 216. Jadi, sekali lagi, apa yang ada di dalam dunia belum tentu duniawi. Saya sendiri tidak melihat bahwa perayaan Hari Valentine pada dirinya sendiri merupakan aktivitas yang duniawi. Argumentasi yang dikemukakan untuk menentang Hari Valentine menurut saya kurang begitu kuat. Mari kita telaah satu per satu secara singkat dan sederhana. Pertama, asal-usul perayaan. Kapan perayaan Valentine dimulai? Siapa yang memulainya? Apa konteks perayaan yang mula-mula? Deretan pertanyaan ini susah untuk dijawab secara pasti. Spekulasi yang terkenal adalah yang mengaitkan perayaan ini dengan ritual Luperkalia dari tradisi Romawi yang dirayakan setiap tanggal 15 Februari. Mereka yang mengaitkan perayaan Valentine dengan tradisi ini berpendapat bahwa orang-orang Kristen telah melakukan Kristenisasi terhadap perayaan kuno itu. Aspek-aspek ritual yang bertabrakan dengan nilai-nilai Alkitab telah dihilangkan, misalnya pemberian kurban binatang dan takhayul seputar kesuburan perempuan. Dugaan ini tetaplah sebagai dugaan belaka. Tidak ada data historis yang konkrit tentang hal ini. Tanggal perayaan juga tidak persis sama. Di samping itu, seluk-beluk tradisi Luperkalia sendiri sampai sekarang juga tidak seberapa seragam dan detail. Spekulasi lain berhubungan dengan Santo Valentinus. Banyak orang Kristen lebih menyukai spekulasi ini daripada sebelumnya modifikasi tradisi Luperkalia. Beberapa penggalan tradisi dalam kekristenan tampaknya memang lebih mengarah pada tradisi cinta Valentinus. Walaupun demikian, spekulasi ini tidak sejelas yang dipikirkan oleh banyak orang. Tindakan Valentinus yang mana yang menjadi cikal-bakal perayaan cinta? Pelbagai spekulasi lain bermunculan dari kasih Valentinus kepada orang-orang Kristen yang di penjara, pernikahan rahasia yang dilarang kaisar, sampai kasih sayangnya kepada anak perempuan sipir penjara. Begitu kaburnya detail tradisi seputar Santo Valentinus, beberapa orang bahkan meyakini bahwa tokoh Valentinus di balik perayaan ini bukan hanya satu orang dua dari Italia dan satu dari Afrika. Memertimbangkan kesimpangsiuran tradisi yang terlihat sangat spekulatif ini, kita sebaiknya tidak menjadikan hal itu sebagai salah satu alasan untuk menentang maupun membenarkan perayaan Valentine. Nah, terlepas dari tradisi mana yang diyakini, tradisi itu tetap tidak absah untuk digunakan dalam argumentasi. Sesuatu yang salah dari sisi asal-usulnya tidak menjadikan hal itu otomatis salah pada dirinya sendiri. Sebagai contoh, seandainya pisau pertama yang ada di dunia dibuat untuk pembunuhan, hal itu tidak menjadikan semua penggunaan pisau menjadi salah. Mereka yang menolak perayaan Valentine hanya gara-gara pertimbangan tradisi telah melakukan kekeliruan logika yang disebut “kekeliruan genetis” the genetic fallacy. Kedua, komersialisasi perayaan Valentine. Seperti yang kita bisa deteksi dengan mudah, momen-momen Valentine telah dijadikan ladang uang yang besar bagi banyak orang. Paket makan malam romantis, promo hotel, dan berbagai diskon barang turut meramaikan perayaan ini. Para penguasaha meraup untung yang tidak sedikit dari perayaan ini. Apakah komersialisasi ini menjadikan perayaan Valentine keliru? Tentu saja tidak. Perayaan Natal juga telah dikomersialkan sedemikian rupa, tetapi hanya sedikit orang Kristen yang menentangnya. Kita tentu saja masih bisa memaparkan deretan contoh lain bagaimana sesuatu yang netral atau benar telah dikomersialkan. Namun, komersialisasi ini tentu saja tidak berpengaruh terhadap benar atau tidaknya dari objek yang dikomersialkan. Contoh yang lebih umum adalah pesta pernikahan. Momen kasih sayang ini juga menjadi ladang bisnis yang besar bagi banyak pihak pemilik bangunan, event organizer, dsb. Apakah komersialisasi ini membuat pesta pernikahan menjadi keliru? Pada dirinya sendiri jelas tidak keliru. Pesta perrnikahan baru menjadi keliru kalau dilakukan dengan cara yang keliru, misalnya mabuk-mabukan, perjudian, seks bebas, dsb. Ketiga, tradisi perayaan yang melibatkan tindakan tidak bermoral. Tidak dapat disangkali, banyak perayaan Valentine memasukkan tindakan-tindakan yang kurang pantas atau tidak senonoh. Beberapa remaja/pemuda melakukan kontak seksual yang berlebihan. Seks bebas dan pesta seks tidak jarang menjadi cara wajib bagi sebagian orang. Walaupun demikian, semua ini tidak secara otomatis menjadikan perayaan itu menjadi keliru. Yang keliru adalah tindakannya, bukan perayaannya. Sesuatu yang baik kadangkala dilakukan dengan cara yang keliru. Misalnya, mengungkapkan cinta kepada seseorang pada dirinya sendiri merupakan hal yang baik, selama ungkapan yang digunakan juga tidak menabrak kebenaran. Berdagang adalah sesuatu yang baik, karena melayani kebutuhan dan memberi keuntungan bagi orang lain. Pelanggaran etis yang dilakukan oleh seorang pengusaha tidak menjadikan semua aktivitas bisnis menjadi keliru. Keempat, ungkapan kasih sayang yang hanya setahun sekali. Alkitab dipenuhi dengan perintah untuk mengasihi semua orang, dari sesama orang percaya sampai musuh-musuh kita. Perintah ini tentu saja dilakukannya bukan hanya sesekali, tetapi setiap hari. Mencintai adalah bisnis harian, tidak hanya kalau ada kesempatan. Apakah perayaan kasih sayang yang hanya sekali setahun keliru? Belum tentu! Dalam hal ini kita perlu membedakan cinta dan ungkapannya yang spesial. Mengasihi harus ditunjukkan setiap hari dalam berbagai bentuknya, misalnya perhatian, pertolongan, ingatan, dsb. Ungkapan spesial tidak perlu dilakukan setiap hari. Jika dilakukan setiap hari, bagaimana hal itu bisa disebut spesial? Hari Valentina merupakan salah satu kesempatan untuk mengungkapkan cinta secara lebih spesial. Dari semua penjelasan di atas kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pada dirinya sendiri tidak ada salah dengan perayaan Hari Valentine. Jika dilakukan dengan benar, momen ini justru bisa membawa banyak manfaat. Lebih baik lagi apabila perwujudan cinta sesuai dengan Alkitab 1Kor. 134-7 “sabar, murah hati, sopan, percaya, dsb”. Apa yang tertulis dalam teks ini jauh lebih berharga daripada sekadar kado atau makan malam romantis. Tentu saja perayaan Valentine tidak menjadi keharusan bagi orang Kristen. Setiap orang bebas untuk merayakan atau mengabaikannya. Apapun pilihannya, yang penting cinta harus diwujudkan kepada sesama di sekitar kita setiap hari. Kita adalah agen kasih sayang dari Tuhan. Kita diberi tugas untuk membagikan kasih sayang itu kepada semua orang. Soli Deo Gloria. - Hari Valentine akan segera tiba, bagaimana hukum perayaan Hari Valentine menurut Islam? Seperti diketahui, perayaan Hari Kasih Sayang ini identik dengan memberikan coklat, bunga, boneka atau hal-hal romantis lainnya kepada pasangan maupun orang terdekat. Jika dirunut melalui sejarahnya, Hari Valentine berasal dari tradisi bangsa Romawi Kuno sebagai cara memeringati kematian seorang pendeta bernama Santo Valentine. Lalu, bagaimana pandangan Hari Valentine menurut Islam? Berikut penjelasannya selengkapnya 1. Menurut Majelis Ulama Indonesia Baca Juga Keputusan MK Politis, PP Muhammadiyah Tolak Tambahan Jabatan KPK Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI Nomor 3 Tahun 2017 diperingatkan bagi umat muslim bahwa haram hukumnya merayakan Hari Valentine setiap tanggal 14 Februari. Hal tersebut menganut pada tiga hal yakni Karena Hari Valentine bukan termasuk dalam tradisi IslamHari Valentine dinilai menjerumuskan pemuda muslim pada pergaulan bebas seperti seks sebelum menikahHari Valentine berpotensi membawa keburukanFatwa haramnya Hari Valentine ini dibuat berdasarkan tuntutan Alquran, Hadis, dan pendapat Ulama, salah satunya Hadis Riwayat Abu Dawud yang mengatakan bahwa “Dari Abdullah bin Umar berkata, bersabda RasulullahSaw Barang siapa yang menyerupakan diri pada suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka”. AbuDawud, no. 4031 Sementara itu, dalam Alquran Surar Ali Imrat 3 64, Allah berfirman bahwa penting bagi umat muslim untuk mempertegas jati diri sebagai seorang Isam dengan berperilaku sesuai tuntuntan serta menolak menyerupai identitas agama lainnya. “Katakanlah Muhammad, "Wahai ahli Kitab! marilahberpegang kepada suatu kalimat ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka "Saksikanlah,bahwa kami adalah orang-orang muslim" Ali Imran[3] 64 2. Menurut Nahdlatul Ulama Baca Juga CEK FAKTA Pimpinan Ponpes Al Zaytun Dijemput Paksa MUI Mengutip dari website resmi Nahdlatul Ulama, menyatakan bahwa perayaan Valentine haruslah berfokus pada inti atau isi dari perayaan itu sendiri yakni untuk menolong dan mengasihi sesama umat muslim. Selain itu, perayaan tersebut harus difilter sehingga substansinya tidak melenceng dari agama Islam. Ilustrasi pasangan Muslim. Foto PexelsDalam Islam, hukum merayakan Valentine tidak disebutkan secara langsung di dalam nash. Namun, jika perayaan Valentine merupakan simbol orang-orang kafir, maka sebaiknya tidak Muslim memang tidak diperkenankan mengikuti perayaan-perayaan orang kafir. Itu karena perayaan merupakan bagian dari syariat yang harus terikat dengan ketentuan nash, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Al-Hajj ayat 67 أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ Artinya "Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan." QS. Al-Hajj 67Karena perayaan harus terikat dengan nash, maka Valentine bukanlah perayaan yang seharusnya diikuti umat Muslim. Sebab, Valentine merupakan tradisi non-Muslim yang berasal dari budaya Barat. Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan di bawah Merayakan ValentineIlustrasi pasangan Muslim yang menunjukkan kasih sayang tidak hanya pada waktu-waktu tertentu. Foto PexelsDari sudut pandang Islam, Valentine merupakan sebuah perayaan yang harus dijauhi oleh umat Muslim. Sebab, perayaan Valentine bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang kemudian diubah menjadi hari perayaan gereja. Valentine sendiri merupakan nama seorang pemimpin agama Katolik yang telah dianggap menjadi martir dan diberi gelar sebagai orang suci Santo oleh orang-orang Valentine awalnya dirayakan untuk memperingati Santo Valentine yang dihukum mati pada tanggal 14 Februari 270 Masehi. Hingga kini, hari tersebut masih dirayakan orang-orang non-Muslim dan mengandung berbagai tradisi yang dilarang oleh Islam di dalamnya. Ada dua perkara terkait penilaian hukum merayakan Valentine sebagaimana dikutip dari kitab Bughyah Musytarsyidin, yaituHukumnya kufur tidak beriman kepada Allah SWT dan para Rasul, apabila umat Muslim mengikuti perayaan Valentine karena merasa simpati dan kagum pada agama mereka atau bermaksud menyerupai mereka dalam syiar kekafiran. Dalam kondisi ini, maka hukumnya langsung dianggap apabila umat Muslim merayakan Valentine dengan tujuan menyerupai non-Muslim tanpa disertai kecondongan pada agama mereka. Hukumnya menjadi haram karena termasuk ikut serta dalam terjadinya penjelasan tersebut, perayaan Valentine memang sepatutnya tidak dilakukan. Jika melakukannya, berarti ia telah ber-tasyabbuh menyerupai dengan kaum non-Muslim dan loyal terhadap mereka. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang artinya"Barang siapa menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan mereka." HR. Abu DaudDi sisi lain, perayaan Valentine biasanya dilakukan dengan cara menunjukkan kasih sayang yang dekat dengan perbuatan zina. Zina merupakan perbuatan tercela yang dilarang dalam Islam. Sebagaimana Allah telah berfirman yang artinyaوَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلً"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk." QS. Al-Isra 32Jika memang umat Muslim ingin merayakan hari kasih sayang, maka tidak harus dilakukan bertepatan dengan perayaan Valentine. Sebab, anjuran untuk berkasih sayang dengan pasangan muhrim tidak dilakukan di hari-hari tertentu seperti ini, tetapi setiap hari dan setiap umat Muslim tidak boleh merayakan perayaan orang non-Muslim?Dari mana asal-usul Valentine?Siapa itu Santo Valentine?

apakah orang kristen boleh merayakan valentine